Selamat datang di Sajak Sahabat, Sebuah Coretan Kecil Tentang Mimpi dan Kehidupan

Friday 2 November 2012

Sebuah Nama dan Cerita


Wanita itu berdiri tegak, diam layaknya sebuah pilar di selasar istana. Cuaca yang dingin dan beku sama sekali tidak membuatnya goyah. Ia terus memandangi kolam dengan mata hening. Sesekali ia memejamkan mata lalu membukanya kembali, juga memegangi pagar pembatas. Ia tatap pantulan wajahnya di kolam, kulit putih bersih, paras nan sungguh elok dan sorot mata yang indah, benar benar suatu ciri kepantasan sebagai seorang ratu yang menguasai.
Apakah yang ada dalam pikiranmu wahai, ‘Yang Mulia’ ? Tentu tak ada yang berani mengusik kesendirianmu, atau jika ia ingin mencari masalah. Semembahana apa perasaan mu kini? Bukankah engkau sepatutnya bergembira? Engkau seorang ratu yang berkuasa, engkau adalah yang paling dihormati seluruh masyarakat negerimu. Lalu kenapa dengan kegalauanmu?.
Sesosok pria menghampirinya dan mencoba ingin tahu tentang perasaan Yang Mulia. Tentulah pria itu seorang bangsawan kerajaan, kalau tidak, kecil kemungkinan ada masyarakat biasa yang  bisa memasuki istana.
“Tidakkah engkau lelah Yang Mulia? Sudah larut, namun engkau belum tidur.” Bangsawan itu  bertanya langsung kepada ratunya, setelah sempat menundukkan badan tanda penghormatan.
“Bukankah kita sudah bersahabat sejak kecil? Pastilah engkau tahu bagaimana aku” Ratu menjawab pertanyaan bangsawan yang sesungguhnya telah lama menjadi teman sepermainannya, sebelum ia menjadi ratu.
“Adakah yang engkau sedihkan Yang Mulia? Beristirahatlah. Engkau sudah terlalu banyak mengurusi negeri, dan aku tak pernah mendengar ada penguasa yang sepertimu”
Ratu hanya mendiamkan diri, ia tak menjawab atau memberi tanggapan dari apa yang disampaikan bangsawannya, ia terus memandangi kolam sekali kali melihat kearah bintang bintang yang berpijar. Ia memejamkan mata, menunduk dan meneteskan air mata. Bangsawan itu merasa terpelik kala melihat ratunya menangis.
“Yang Mulia?”
“Kau tahu, aku adalah orang yang paling menyedihkan di kerajaan ini.” Air mata Ratu terus mengalir dan memerahkan netra.
“Aku juga adalah orang yang paling kesepian”
“Yang Mulia, ada apa denganmu?” Bangsawan itu tak mengerti apa arti air mata yang mengaliri mata junjungannya. Yang ia tahu, meski kehidupan sebelum menjadi ratu kerap dilanda kesedihan, tapi ia tak pernah mendapati bahwa Yang Mulia bersedih tanpa sesuatu yang jelas, apalagi ketika ia telah menjadi penguasa.
“Betapa menyedihkannya diriku, aku adalah manusia yang tidak punya nama. Semua orang mulai dari bangsawan, panglima, tentara, pedagang, kuli, hingga pemulung sekalipun memiliki nama. Sedangkan aku? Namaku Yang Mulia. Tidak ada satupun orang yang memanggil namaku. Dan itu adalah kenyataan yang begitu menghancurkan perasaanku”
Apa yang dikatakan Sang Ratu sangat dipahami oleh bangsawan, ia adalah orang yang paling dekat dengan Ratu, sedari dulu.
“Aku adalah Yang Mulia, orang orang tunduk dan takut padaku, semuanya menunduk kehadapanku. Apakah menurutmu itu sebagai suatu anugerah?”
Mungkin ada perbedaan kontras pada dirimu dibandingkan para penguasa lain. Engkau yang sebelum menjadi ratu selalu dekat dengan rakyat dan terbiasa bergaul dengan masyarakat jelata, tentu merasa kehilangan sesuatu kala Engkau harus menjadi Ratu.
“Jika engkau ingin aku menjadi pengobatmu, maka aku bersedia untuk memanggilmu dengan namamu” Mata bangsawan itu mulai memerah, rona wajah mulai dirundung keibaan. Ia mendekat, meraih tangan Sang Ratu.
“Lakukan itu, dan kau akan dianggap sebagai pengkhianat kerajaan”  Sergah Sang Ratu. Menyebut nama seorang penguasa adalah sesuatu yang sangat dilarang, melakukannya sama saja dengan mendekatkan diri pada kematian. Namun bagi Sang Ratu, semua itu adalah kesengsaraan yang membahana.
Bangsawan terdiam, dalam hatinya ia bangga kepada Sang Ratu, seorang wanita yang menjadi sahabatnya sedari kecil bahkan menjadi satu satunya wanita yang ia simpan ke dalam kalbu. Tak sempat ia mengungkapka rasa cintanya, terlebih lagi, setelah Wanita idamannya menjadi ratu, semua itu semakin sulit. Apakah engkau tahu itu Yang Mulia?
“Kau jatuh cinta padaku, kan?” Ratu mengajukan pertanyaan itu dengan tiba tiba, bangsawan yang sedikit terkejut hanya diam, menatap ke dalam mata Sang Ratu yang paling dalam, seolah berusaha mengirimkan curahan hatinya hanya dengan sorot mata.


                                                           -Soni Indrayana-

No comments:

Post a Comment

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...